Stimulasi listrik pada saraf perifer dan sensoris kini makin banyak ditelaah dalam konteks rehabilitasi dan terapi neuromodulasi. Misalnya, elektrikal stimulasi mikro (“micro-current electrical stimulation”, “neuromodulation”) telah dilaporkan mempercepat regenerasi saraf perifer setelah cedera. Di ranah fungsi seksual, gangguan seperti disfungsi ereksi, gangguan rangsangan seksual (genital arousal disorder), atau disfungsi seksual pada pasien dengan cedera saraf/spinal cord menjadi target studi neuromodulasi. Contoh: stimulasi saraf tibialis posterior untuk disfungsi seksual pada perempuan. Mekanisme Kerja di Saraf Sensual Untuk memahami efeknya, penting memahami bagaimana saraf sensoris seksual bekerja dan bagaimana listrik bisa mempengaruhinya: Saraf-saraf seperti saraf dorsal genital, saraf pudendal, saraf tibialis posterior (secara tak langsung) terlibat dalam rangsangan genital dan aliran darah genital. Misalnya, pada tikus betina, stimulasi saraf tibialis meningkatkan aliran darah vagina secara nyata. Dengan arus listrik mikro (sering diukuran ?A hingga mA rendah) atau frekuensi rendah hingga menengah, neuron sensoris dapat di-depolarize atau dirangsang secara terprogram. Contoh: sebuah studi pada otot yang diinnervasi menunjukkan bahwa stimulasi listrik mikro memperlambat atrofi otot saat saraf menjepit. Neuromodulasi saraf perifer melalui stimulasi listrik telah terbukti mempercepat regenerasi akson setelah cedera saraf. Dalam konteks seksual, stimulasi melalui saraf seperti tibialis dapat meningkatkan aliran darah genital pada model hewan (rat) misalnya menunjukkan peningkatan > 500% pada energi neurogenik aliran darah vagina setelah stimulasi. Dengan meningkatkan aliran darah genital, meningkatkan respons sensoris, atau memodulasi saraf yang mengendalikan rangsangan seksual, stimulasi listrik bisa membantu kondisi seperti disfungsi rangsangan seksual, lubrikasi rendah, atau ereksi lemah. Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa intervensi neuromodulasi (termasuk stimulasi saraf perifer) “umumnya terkait dengan perbaikan fungsi seksual” pada pria maupun wanita. Bukti Ilmiah pada Terapi Seksual Berikut rangkuman beberapa studi penting: Studi pilot pada wanita (n=9) dengan disfungsi seksual umum: stimulasi transkutan saraf dorsal genital (DGNS) atau saraf tibialis posterior (PTNS) 12 sesi selama 30 menit (20 Hz) menghasilkan peningkatan skor FSFI (Female Sexual Function Index) dari ~15,3 ke ~21,7 setelah 12 sesi. Studi pada tikus betina: stimulasi saraf tibialis menghasilkan aliran darah vagina yang secara signifikan meningkat (? 500%) pada ~75,8% periode stimulasi. Studi pilot RCT pada pasien dengan Multiple Sclerosis: stimulasi transkutan tibialis (TTNS) selama 2 bulan (3×20 menit) memperbaiki fungsi ereksi/lubrikasi, kualitas orgasme, kepuasan seksual dibanding sham. Tinjauan sistematis neuromodulasi dan disfungsi seksual: menunjukkan potensi tetapi heterogenitas metode, populasi, dan hasil masih tinggi. Studi pada terapi gelombang kejut (shock waves) untuk disfungsi ereksi: menunjukkan bahwa terapi non-elektrik (gelombang kejut) juga punya efek positif. Potensi Manfaat Berdasarkan bukti, stimulasi listrik mikro pada saraf sensoris seksual bisa memiliki manfaat berikut: Meningkatkan aliran darah ke jaringan genital bisa membantu lubrikasi, ereksi, rangsangan genital. Memperkuat respons sensoris seksual (misalnya meningkatkan sensitivitas, meningkatkan arousal). Meningkatkan fungsi seksual pada pasien dengan gangguan saraf atau setelah cedera saraf/spinal. Terapi non-farmakologis yang bisa dipakai sebagai tambahan atau alternatif bagi yang tidak cocok obat. Risiko, Batasan & Hal yang Perlu Diwaspadai Meski potensi ada, penting juga memperhatikan risiko dan keterbatasan: Stimulasi listrik bisa memicu efek samping seperti nyeri, iritasi kulit, cedera jaringan, bahkan gangguan irama jantung jika dekat saraf atau jantung. Sebagai contoh, pada praktik “erotic electrostimulation”, dilaporkan risiko interferensi fungsi jantung atau luka bakar akibat kontak elektroda buruk. Keamanan jangka panjang belum terus-menerus dipelajari dalam konteks rangsangan seksual. Ada potensi adaptasi atau desensitisasi saraf jika digunakan terus?menerus tanpa pengaturan yang tepat. Banyak studi masih berskala kecil, pilot, atau pada hewan. Misalnya, studi wanita n=9 hanya. Metode stimulasi (frekuensi, durasi, lokasi elektroda) masih sangat variatif antara penelitian sulit standarisasi. Tidak semua populasi diteliti (misalnya standar keamanan untuk stimulator “shock therapy sexual stimulator” di pasar komersial belum diverifikasi secara ilmiah secara luas). Individu dengan perangkat pacu jantung, gangguan konduksi jantung, kehamilan, atau kerusakan saraf berat harus sangat hati-hati. Penggunaan untuk tujuan erotik komersial (“sexual stimulator shock therapy”) yang belum diuji klinis secara memadai bisa menimbulkan risiko keselamatan. Consent yang jelas, pengawasan oleh profesional medis/terapis sangat disarankan. Aspek Etika, Regulasi & Praktik Klinis Karena ini menyangkut rangsangan seksual, maka aspek privasi, persetujuan (consent), batas profesional harus diperhatikan. Regulator medis (misalnya lembaga kesehatan nasional) mungkin belum memberikan persetujuan penuh untuk banyak alat komersial “shock therapy sexual stimulator” sehingga pengguna perlu mengecek legitimasi/sertifikasi. Dalam penelitian klinis, stimulasi harus dilakukan oleh profesional terlatih, dengan pengaturan parameter yang aman dan monitoring efek samping. Komersialisasi alat erotik berbasis stimulator listrik harus dibedakan dari terapi klinis berbasis bukti pengguna harus paham bahwa efeknya bisa berbeda dan keamanan tidak selalu dijamin. Kesimpulan Stimulasi listrik mikro pada saraf sensoris seksual merupakan area yang menjanjikan secara ilmiah untuk meningkatkan fungsi seksual, terutama pada populasi yang mengalami gangguan saraf atau disfungsi seksual. Bukti awal (baik pada manusia maupun hewan) menunjukkan efek positif seperti peningkatan aliran darah genital, peningkatan skor fungsi seksual, dan potensi neuromodulasi.
Sementara itu, praktik “electro-stimulation seksual” (termasuk penggunaan TENS, EMS, “erotic electrostimulation”) juga diketahui secara informal dan dalam komunitas BDSM.
Dengan demikian, ada ketertarikan ilmiah untuk mempertimbangkan: apakah stimulasi listrik mikro pada saraf sensoris seksual bisa menjadi terapi potensial dan apa efeknya, baik positif maupun negatif, dari sisi saraf sensual?1. Saraf sensoris seksual
Begitu saraf sensoris menerima rangsangan (tactile, termal, kimia), sinyal diantar ke otak/medula dan kemudian memicu refleks ereksi, lubrikasi, orgasme, dan respon lainnya.2. Stimulasi listrik mikro (micro-current) atau neuromodulasi
3. Hubungan dengan fungsi seksual
Risiko
Batasan
Hal yang perlu diwaspadai