Terapi listrik telah menjadi bagian integral dalam dunia fisioterapi dan rehabilitasi modern. Dua metode yang sering digunakan adalah TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) dan terapi frekuensi rendah lainnya, seperti Interferential Therapy (IFT), Microcurrent, dan PEMF (Pulsed Electromagnetic Field). Meskipun keduanya bekerja dengan prinsip frekuensi rendah, efektivitasnya bisa berbeda tergantung pada tujuan terapi dan kondisi pasien. Lalu, mana yang lebih efektif: TENS atau terapi frekuensi rendah lainnya? Apa Itu TENS? TENS adalah terapi listrik non-invasif yang mengalirkan arus listrik ringan melalui kulit menggunakan elektroda. Tujuannya adalah untuk mengurangi nyeri dengan: Memblokir sinyal nyeri ke otak melalui teori "gate control". Merangsang pelepasan endorfin, zat alami pereda nyeri dalam tubuh. Frekuensi yang digunakan: Rendah (2–10 Hz) untuk nyeri kronis, efek endorfin. Tinggi (50–150 Hz) untuk nyeri akut, efek gate control. Apa Itu Terapi Frekuensi Rendah (Non-TENS)? Selain TENS, beberapa instrumen juga menggunakan frekuensi rendah tetapi dengan mekanisme dan tujuan berbeda, antara lain: Menggunakan dua arus listrik menengah (sekitar 4000 Hz) yang berinterferensi dan menghasilkan efek frekuensi rendah di dalam jaringan. Lebih dalam penetrasinya dibanding TENS. Cocok untuk nyeri otot, sendi, dan jaringan dalam. Menggunakan gelombang elektromagnetik untuk merangsang sel, mempercepat regenerasi jaringan dan mengurangi inflamasi. Menggunakan arus listrik sangat kecil (mikroampere) untuk memperbaiki fungsi sel dan meredakan nyeri serta peradangan pada tingkat seluler. Kapan Menggunakan TENS? TENS lebih cocok digunakan untuk: Nyeri akut seperti keseleo, nyeri punggung bawah, nyeri pascaoperasi. Nyeri kronis ringan seperti nyeri pinggang atau osteoartritis ringan. Pasien yang ingin menghindari konsumsi obat pereda nyeri. Kapan Memilih Terapi Frekuensi Rendah Lainnya? IFT, PEMF, dan Microcurrent lebih cocok untuk: Cedera jaringan dalam, seperti cedera ligamen, otot dalam, dan saraf. Pemulihan pasca stroke atau cedera neurologis. Percepatan regenerasi jaringan setelah operasi atau trauma. Peradangan kronis dan nyeri yang sulit sembuh. Apa Kata Penelitian? Sebuah studi oleh Johnson MI et al. (2020) menyatakan bahwa TENS efektif meredakan nyeri jangka pendek, terutama pada pasien dengan nyeri muskuloskeletal akut. PEMF dan Microcurrent menunjukkan hasil lebih baik dalam penyembuhan jaringan dan regenerasi sel, berdasarkan studi klinis di bidang ortopedi dan neurologi. IFT terbukti lebih efektif daripada TENS dalam penetrasi ke jaringan yang lebih dalam dan pada pasien dengan nyeri sendi besar (misalnya lutut atau pinggul). Kesimpulan Tidak ada yang mutlak lebih baik, karena efektivitas tergantung pada tujuan terapi dan kondisi pasien. Gunakan TENS jika fokus utama adalah pereda nyeri jangka pendek, dengan alat yang mudah digunakan dan terjangkau. Gunakan IFT, PEMF, atau Microcurrent jika terapi bertujuan untuk pemulihan jangka panjang, pengurangan inflamasi, dan regenerasi jaringan. Dalam praktik fisioterapi profesional, terapi frekuensi rendah sering dikombinasikan dengan metode lain seperti latihan, ultrasound, dan manipulasi manual untuk hasil terbaik. Referensi Johnson, M.I. (2020). Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) for Pain Management. Journal of Clinical Medicine. Albornoz-Cabello, M., et al. (2017). Effectiveness of Interferential Current Therapy. Journal of Physical Therapy Science.1. Interferential Therapy (IFT)
2. PEMF (Pulsed Electromagnetic Field)
3. Microcurrent Therapy

Kesehatan
PERBANDINGAN INSTRUMEN TENS DAN TERAPI FREKUENSI RENDAH, MANA YANG LEBIH EFEKTIF

2025-09-10